HOT Banget

Sunday 16 June 2019

Kisah Sukses Jan Koum Sang Pendiri WhatsApp

Advertisement
.

Kisah Sukses Jan Koum Sang Pendiri WhatsApp

– Siapa yang tidak kenal dengan aplikasi pesan instan WhatsApp? Jika ada anak muda yang tidak mengenalnya, perlu dipertanyakan tuh anak muda tersebut. Aplikasi pesan singkat WhatsApp yang mulai didirikan sejak tahun 2009 silam, kini telah digunakan oleh milyaran orang di seantero dunia. Dan ini melambungkan nama pendirinya, Jan Koum.

Jan Koum bersama Brian Acton adalah pendiri WhatsApp, mereka berdua adalah mantan pegawai  Yahoo!. Mereka adalah teman akrab, dan kolaborasinya mampu menciptakan ide yang fenomenal, yaitu terciptanya WhatsApp.

Mungkin kalian merasa WhatsApp biasa-biasa saja. Tapi yang mungkin tidak kalian sadari, WhatsApp bisa dibilang perintis dari pesan instant yang begitu sederhana, aman, serba bisa, dan mudah penggunaannya. Dikala awal pendiriannya, saingan terbesarnya adalah layanan pesan BBM. Sekarang coba kalian bandingkan kedua aplikasi tersebut, lebih enakan mana?

Bukti kesederhanaan WhatsApp namun bisa diandalkan adalah banyaknya pengguna, lebih dari 1.5 Milyar pengguna merupakan bukti nyata kalau aplikasi besutan Jan Koum dan Brian Acton telah mengungguli layanan pesan instant lain, itu juga kenapa Facebook rela menggelontorkan Milyaran Dollar untuk mengakuisisi WhatsApp.

Menarik sekali jika membaca kisah sukses Jan Koum, kisah dia dalam meraih kesuksesan besar merupakan salah satu bukti bahwa anak dari keluarga biasa-biasa saja dapat meraih kesuksesan besar di masa depan. Tertarik membaca kisah sukses Jan Koum? Berikut ini kisahnya yang telah saya rangkum dari beberapa sumber:

Sebelumnya, baca juga: Kisah sukses Colonel Sanders, pendiri KFC yang fenomenal.
Kisah Sukses Jan Koum Sang Pendiri WhatsApp

Latar Belakang Keluarga

Jan Koum dilahirkan pada 24 Februari 1976 di Kiev, Ukraina dari keluarga keturunan Yahudi dengan kemampuan ekonomi yang biasa-biasa saja. Ayahnya adalah seorang manajer konstruksi sedangkan ibunya tidak bekerja, alias ibu rumah tangga. Tempat tinggal Jan Koum sangat minim fasilitas sehingga untuk hidup di daerah tempat tinggalnya sangat memprihatinkan.

Jan Koum tinggal di Fastiv, Kiev, Ukraina, di sana listrik sangat terbatas, “Sekolahku tidak punya kamar mandi dalam. Bayangkan musim dingin yang menusuk di Ukraina, cuaca minus 20 derajat celcius, anak-anak harus mengantri di luar untuk menggunakan kamar mandi” kenang Koum yang menggambarkan sulitnya kehidupannya di masa lalunya.

Karena adanya gejolak politik yang luar biasa di Ukraina, serta adanya gerakan anti Yahudi yang semakin membesar. Akhirnya Jan Koum bersama ibunya pindah ke Amerika Serikat dengan berharap akan memiliki kehidupan yang lebih baik.
Advertisement


Masa Muda Jan Koum

Jan Koum dan ibunya bermigrasi ke Mountain View, Amerika Serikat pada tahun 1990 ketika Koum berusia 16 tahun, sedangkan ayahnya masih di Ukraina dan berencana menyusul dikemudian hari. Tapi naas, ayahnya tidak pernah sempat menyusul Koum ke Amerika Serikat, dan pada tahun 1997 ayahnya meninggal dunia tanpa sempat menyusul Jan Koum.

Di awal-awal kepindahaan Koum dan ibunya di Amerika, dari sisi ekonomi belum banyak berubah, keluarga Koum masih miskin dan kesulitan menghidupi. Ibunya bekerja sebagai pengasuh bayi, dan Jan Koum bekerja tidak tetap menyapu toko. Saking miskinnya, Koum dan ibunya harus tinggal di apartemen yang disediakan oleh pemerintah Amerika, dan makan dengan bantuan subsidi pemerintah Amerika.

Selain miskin, Jan Koum juga terkenal di sekolah sebagai anak nakal karena sering berkelahi. Namun kendati nakal dan miskin, Jan Koum adalah anak yang pintar, dia punya inisiatif yang tinggi, terbukti dia berinisiatif mempelajari networking komputer secara otodidak, yang akhirnya dia pun bergabung dengan w00w00, sebuah grup hacker. Di grup tersebutlah Koum bertemu orang hebat Shawn Fanning dan Jordan Ritter, pendiri Napster.

Karir Jan Koum

Setelah lulus dari SMA di Mission Viejo, California, Jan Koum diterima di perguruan tinggi San Jose State University. Pada saat itulah, untuk memenuhi biaya hidup dan biaya kuliah, Koum muda bekerja di salah satu perusahaan terbesar jasa audit di dunia, Ernst & Young, sebagai penguji sistem keamanan komputer. Saat bekerja di Ernst & Young, dia bertemu dengan Brian Acton yang saat itu bekerja di Yahoo!.

Karena keakrabannya dengan Brian Acton, Koum mencoba melamar di Yahoo!. Dan benar saja, dia diterima sebagai teknisi infrastruktur di sana. Karena kesibukannya bekerja, akhirnya Jan Koum memutuskan untuk berhenti kuliah, “Lagian aku memang benci bersekolah” katanya. Dan sejak saat itu sampai 9 tahun kedepan, dia bekerja di Yahoo!.

Pada September 2007, bersama sahabat karibnya, Brian Acton, Jan Koum memutuskan hengkang dari Yahoo!. Sejak saat itu, dia dan Brian Acton berliburan dan senang-senang di Amerika Selatan selama setahun. Di akhir liburannya, mulai booming kehadiran media sosial yang fenomenal yaitu Facebook, lantas keduanya pun melamar di Facebook. Namun sayang, Koum dan Acton ditolak.

Awal Pendirian WhatsApp

Awalnya, WhatsApp hanya direncanakan sebagai aplikasi kontak telepon yang mampu memberikan status pada orang lain yang saling menyimpan nomor teleponnya, misalnya orang bisa tahu dari kontak jika seseorang sedang sibuk, bekerja, istirahat, dan lain sebagainya. Ide ini didapatkan Jan Koum sesaat dia membeli Iphone dan membuka App Store yang dia pikir akan memiliki potensi bisnis besar kedepannya.

Akhirnya, Koum merealisasikan idenya tersebut, lalu membuat program dan menamainya dengan WhatsApp. Tapi aplikasi tersebut masih belum sempurna, banyak terjadi error. Dan saat peluncurannya, hanya ratusan orang yang mendownload, itupun sebatas teman-temannya. Sejak saat peluncurannya, Koum berusaha keras untuk mengembangkannya, dan berharap semakin banyak yang mendownload.
Advertisement


Jan Koum hampir menyerah karena memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mengembangkan suatu aplikasi. Tapi berkat semangat yang diberikan Brian Acton, Koum kembali bergairah dan tetap bekerja keras. Sampai akhirnya, Apple memperkenalkan fitur push notifications, dan itu memberikan ide baru kepada Koum untuk menambahkan fitur serupa agar setiap kali ada yang berstatus, semua orang dalam jaringan akan mengetahui dengan cepat.

Pada akhirnya, WhatsApp terus dikembangkan oleh Jan Koum, yang awalnya hanya kontak ponsel yang mampu memberikan status pengguna, dikembangkan menjadi layanan pesan singkat. Setelah pengembangan tersebut, WhatsApp semakin populer, dan akhirnya mencapai 250 ribu pengguna. Setelah itu, Brian Acton mulai gabung dan mampu mendapatkan mendanaan dari rekan-rekan mantan karyawan Yahoo! sebesar 250 ribu dollar.

Setelah mendapat pendanaan tersebut, WhatsApp dikembangkan lagi dan tersedia di platform lain seperti Android dan BlackBerry. Awalnya, WhatsApp memilih metode berbayar dan mampu meraup pendapatan 5 ribu dollar perbulannya. Dengan adanya pendapatan yang rutin, WhatsApp semakin mudah dikembangkan, dan perkembangannya pun semakin melesat hingga akhirnya pada awal tahun 2011, WhatsApp menjadi top 20 aplikasi di App Store Amerika.

WhatsApp Diakuisisi Facebook

WhatsApp semakin populer, dan itu menarik minat para investor. Kemudian Acton dan Koum menerima investasi dari Sequoia sebesar 8 juta dollar. Dengan investasi sebesar itu, WhatsApp semakin berkembang, dan pada Februari 2013, akhirnya jumlah pengguna WhatsApp mencapai 200 juta. Karena kesuksesannya, Sequia pun kembali berinvestasi sebesar 50 juta dollar.

Semakin lama WhatsApp semakin berkembang, dan menarik perhatian raksasa internet Facebook dan Google. Dua raksasa tersebut berebut untuk mengakuisis WhatsApp, pada akhirnya Facebook lah yang berhasil meminang WhatsApp dengan nilai sebesar 19 Miliar dollar. Ini tentu kesuksesan besar bagi Jan Koum, perusahaan yang dulu menolaknya justru rela merogoh kocek miliaran dollar untuk membeli produknya.

Jan Koum Saat Ini

Sejak WhatsApp diakuisisi oleh Facebook, Jan Koum masih terus mengembangkan WhatsApp dan menjadi CEO-nya, dia pun juga menjadi jajaran dewan direktur Facebook. Namun sejak tahun 2018 lalu, Jan Koum telah mengundurkan diri menyusul sahabatnya Brian Acton yang mengundurkan diri pada tahun sebelumnya.

Diduga alasan terbesar Koum meninggalkan WhatsApp adalah karena selalu ditekan oleh Facebook untuk menggunakan data pengguna WhatsApp. Data pengguna tersebut diduga akan digunakan oleh Facebook sebagai targeting iklan. Selain itu, Facebook diduga juga memaksa WhatsApp melonggarkan enskripsi end-to-end guna mengembangkan tools bisnis.

Padahal, prinsip bisnis Koum adalah menjaga privasi pengguna. Jadi, bisa dibilang permintaan Facebook tersebut sangat berbalik dengan prinsip Jan Koum. Tapi mau bagaimana lagi, WhatsApp telah dimiliki Facebook, kuasa terbesarnya berada di tangan Facebook.

Akhirnya Jan Koum keluar. Dia mengaku, setelah keluar dia akan bersenang-senang melakukan hal yang disenanginya seperti mengoleksi dan mengoprek-oprek mobil Porsche dan bermain frisbee. Dan baru-baru ini, menurut laporan Variety yang dikutip Business Insider (14/6/2019), Jan Koum sedang disibukkan membangun kompleks megah di Atherton, California, AS, dimana daerah tersebut terkenal dengan sebutan kota terkaya di Amerika Serikat.

Selanjutnya:
1. Kisah sukses Jack Ma, sang maestro pendiri Alibaba.
2. Kisah sukses Walt Disney.
----
Oke teman-teman, itulah sekelumit kisah sukses Jan Koum yang merupakan pendiri WhatsApp. Semoga kisah di atas menginspirasi dan menambah semangat kita untuk meraih kesuksesan. Jangan lupa untuk share artikel ini ya, thanks dan salam sukses.
Advertisement
.

No comments:

Post a Comment

Sebelum Anda memberikan komentar dan tanggapan atas artikel di atas, baca dan pahami aturan tanggapan kami pada laman TOS. Setiap komentar yang tidak sesuai dengan aturan tanggapan tidak akan di publikasikan.