Alasan Kenapa Negara Tidak Mencetak Uang Sebanyak-banyaknya Untuk Memberantas Kemiskinan dan Melunasi Utang?
– Pernah kepikiran tidak sih kenapa Negara atau pemerintah Indonesia tidak mencetak uang semaunya untuk mengatasi kemiskinan dan membayar utang yang segunung itu? Mungkin kita pernah berandai-andai, kalau Negara mencetak uang banyak dan dibagikan kepada orang yang tidak mampu, masalah kemiskinan dapat di atasi dengan mudah.Kenapa juga harus pusing-pusing mikirin hutang yang selalu jadi kontroversi itu? Tinggal cetak, bayar, selesai deh masalah. Rakyat senang, Negara pun tentram.. tapi benarkah itu? Kalau hal tersebut memang benar, Negara sudah akan melakukannya. Namun apa kenyataannya, sampai sekarang Negara dan pemerintah tidak juga melakukan, justru malah makin ketat mengontrol peredaran uang, membatasinya, bahkan sampai melakukan penarikan terhadap uang yang beredar.
Apa alasannya? Alasannya cuma satu, yaitu menjaga nilai dari uang itu sendiri, kalau di Indonesia ya menjaga nilai dari Rupiah. Logikanya, kalau jumlah dari sesuatu itu tidak terbatas, tentu nilai dari sesuatu tersebut akan lemah, begitu juga sebaliknya. Dan lemahnya nilai dari uang ini akan banyak berdampak pada kehidupan masyarakat di suatu Negara.
Sekarang kita bahas satu persatu, kita mulai dari kenapa tidak mencetak banyak uang untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia?
Sebelumnya, baca juga: Mencari uang di internet masih menjadi hal tabu bagi masyarakat Indonesia.
Membagi-bagi Uang Tidak Akan Mengatasi Kemiskinan
Mengatasi kemiskinan artinya membuat yang miskin menjadi orang mampu atau berkecukupan dengan memberikannya uang. Sekarang coba kalian terka apa yang akan terjadi jika hal tersebut memang terjadi? Orang miskin yang semula bekerja sebagai petani, tukang bangunan, penjual keliling, peternak, atau profesi lainnya, akan berhenti bekerja. Kenapa? Sudah punya uang, kenapa pula bekerja? Kalau uang habis kan ada Negara yang akan memberinya kembali.Hal di atas akan menyebabkan inflasi, misalnya berhentinya petani kecil secara bersamaan akan menyebabkan kelangkaan bahan pertanian, artinya akan berdampak pada kenaikan harga. Dan kenaikan harga pertanian tentu akan menyebabkan harga-harga lain juga meningkat. Itu baru satu profesi, berapa banyak kemiskinan di Indonesia dan apa profesi mereka, lalu berapa yang akan berhenti berprofesi? Saya kira akan ada banyak sekali.
Bahayakah inflasi? Sangat bahaya, jika terjadi inflasi lalu buat apa menjadikan orang miskin menjadi orang mampu, toh harga juga akan naik yang bisa membuat mereka miskin kembali. Selain itu, yang semula orang cukup dengan adanya inflasi justru akan menjadi orang miskin, sedangkan orang kaya akan menurun daya belinya.
Kalau begitu, suruh Negara mencetak sebanyak mungkin uang dan dibagi-bagi ke semua orang agar jadi orang kaya semua aja. Ini justru akan semakin bahaya, kalau semua orang sudah kaya dan punya banyak uang, apa mungkin mereka mau bekerja? Siapa yang mau jadi polisi dan tentara untuk menjaga keamanan Negara? Siapa yang akan mengurus pemerintahan? Siapa yang mau berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari? Semuanya justru akan kacau balau, orang akan bertindak semuanya dan sangat mungkin kekerasan akan terjadi di mana-mana.
Tetap Cetak Banyak Uang dan Tetap Bekerja
Oke, katakanlah Negara tetap mencetak sebanyak-banyaknya uang dan membaginya kepada masyarakat dengan syarat tetap bekerja dan menjalankan profesi seperti biasanya. Tapi hal itu tetap akan menyebabkan peredaran uang terlalu banyak. Karena semua orang sudah kaya raya dan sebenarnya tidak perlu bekerja kembali, artinya membuang uang mah gampang, ini menyebabkan harga barang akan berkali-kali lipat naiknya. Dan ini juga akan berdampak nilai Rupiah lemah terhadap mata uang asing.Artinya, di perekonomian dunia Rupiah akan sangat lemah dan Negara akan kesulitan melakukan perekonomian global. Lagian, sumber daya untuk mencetak uang juga terbatas, walau bisa membuat sebanyak-banyaknya tapi kalau bahannya terbatas ya sama saja.
Kalau Begitu Untuk Membayar Utang Aja?
Kita berandai-andai lagi, gimana kalau Negara mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk membayar utang saja tanpa perlu membagi dan mendistribusikan ke masyarakat? Apakah masih menjadi masalah? Iya, tentu masih menjadi masalah. Alasannya, pertama kita harus melihat esensi sebenarnya dari uang itu sendiri, yaitu nilai. Jika Negara mencetak uang tanpa ada alasan yang mendukung (misal tanpa peredaran ekonomi yang sebanding atau jaminan nilai emas/perak), menurut saya secara tidak langsung Negara tersebut mengakui kalau uangnya sendiri tidak bernilai.Kedua, mata uang Rupiah bukanlah mata uang pembayaran yang bisa diterima di semua Negara, tidak seperti Dollar Amerika. Jadi untuk membayar utang, Rupiah harus ditukar ke Dollar atau mata uang lain. Misalnya saja, jika Rupiah akan ditukarkan ke Dollar Amerika untuk membayar utang, maka dengan mencetak uang sebanyak mungkin nanti akan menciptakan permintaan Rupiah ke Dollar tidak sebanding dengan permintaan Dollar ke Rupiah, ujungnya nilai Rupiah akan turun dan justru berdampak pada perekonomian secara menyeluruh di Indonesia.
Ketiga, kalau nilai Rupiah sudah turun terhadap Dollar, nilai utang tentu menyesuaikan. Misalnya sebelumnya utang sebesar 1.000 triliun, jika kurs 1 Dollar adalah 14.000 maka perhitungannya 1.000 x 14.000. Setelah Rupiah turun katakanlah kurs menjadi 20.000 maka perhitungannya menjadi 1.000 x 20.000. Hal ini akan lebih merugikan Negara, belum lagi ada PR untuk menstabilkan Rupiah kembali, di mana risikonya bisa memperburuk perekonomian, salah satunya inflasi, pengangguran karena PHK disebabkan impor ekspor menurun, dan sebagainya.
Contoh Negara Yang Pernah Terlalu Banyak Mencetak Uang
Negara yang sangat terkenal pernah mencetak uang terlalu berlebihan adalah Zimbabwe pada tahun 2008/2009 silam. Di Negara tersebut pernah terjadi inflasi yang sangat gila, yaitu 2.200.000% inflasi. Bayangkan saja, inflasi 10% saja sudah membuat pusing kepala, apalagi 2.2jt%? Zimbabwe juga pernah membuat lembaran uang dengan nilai 100 triliun Dollar Zimbabwe, iya benar 100 triliun bisa disimpan di dompet. Dan uang 100 triliun tersebut hanya bisa untuk membeli 3 telur saja, saat itu kalau Dollar Zombabwe ditukar ke 1 Dollar Amerika, maka butuh 35.000 triliun Dollar Zimbabwe, miris bukan?Selain Zimbabwe, Negara tercinta Indonesia ini ternyata juga pernah melakukan percetakan uang secara berlebihan, yaitu pada masa kepresidenan Soekarno. Walaupun tidak separah Zimbabwe, namun kejadian tersebut menyebabkan inflasi yang sangat menderitakan rakyat. Sebagai akibatnya, meledaklah demonstrasi besar-besaran yang kita kenal bersama dengan istilah Tritura, yang salah satu tuntutan dari rakyat adalah untuk menurunkan harga-harga pada saat itu.
Gimana, masih berpikiran kalau Negara bisa dengan mudah mencetak uang secara sembarangan?
Selanjutnya: Cara mendapatkan uang dari blog, gratis dan mudah.
----
Oke ya kawan-kawan, itulah beberapa alasan kenapa Negara dan Pemerintah tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk mengatasi kemiskinan dan melunasi utangnya. Semoga penjelasan di atas bermanfaat dan menambah wawasan kalian. Jangan lupa share artikel ini juga ya, thanks dan salam sukses.
No comments:
Post a Comment
Sebelum Anda memberikan komentar dan tanggapan atas artikel di atas, baca dan pahami aturan tanggapan kami pada laman TOS. Setiap komentar yang tidak sesuai dengan aturan tanggapan tidak akan di publikasikan.