Sebenarnya Sudah Siapkah Masyarakat Indonesia Menghadapi Industri Digital?
– Seperti yang kalian ketahui juga, sekarang kita sedang memasuki industri digital. Berbagai bidang bisnis berbondong-bondong mengupgrade dirinya untuk menyesuaikan tren jaman. Lihat saja, sekarang jamannya online, maka semua pelaku bisnis menyediakan fasilitas onlinenya.Dan sekarang, hampir semua hal bisa dilakukan secara online, belanja online, konsultasi online, pinjaman online, asuransi online, belajar online, diskusi online, bisnis online, dan masih ada banyak hal lainnya. Dari sisi tren memang sudah cukup bagus, tapi apakah perilakunya juga sebagus trennya?
Kalau saya amati dari berbagai kejadian yang terjadi di Indonesia, nampaknya masih banyak kejadian yang membuktikan kalau masih ada masyarakat Indonesia belum sepenuhnya siap menghadapi bisnis online dan kemajuan jaman. Kebanyakan dari kejadian tersebut sangat menggelikan dan (mohon maaf) seperti dilakukan oleh orang yang tidak berpendidikan.
Jadi intinya, menurut saya pribadi masyarakat Indonesia belum sepenuhnya siap. Ini bisa dibuktikan dengan maraknya kejadian-kejadian berikut ini:
Sebelumnya, baca juga: Kenapa Negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya biar kaya raya?
Melawan Jaman Dengan Kekerasan
Bukti paling nyata yang belakang sering terjadi adalah penolakan teknologi dengan melakukan kekerasan seperti yang dilakukan oleh sekelompok pangkalan ojek di beberapa daerah. Selain sebagai bentuk penolakan, secara tidak langsug itu juga merupakan bentuk ketidaksiapan mereka dalam menghadapi persaingan bisnis masa kini.Mirisnya lagi, ternyata kekerasan ini tidak hanya dilakukan oleh kelas pangkalan ojek saja, tapi juga oleh perusahaan besar, kalian pasti masih ingat kasus mogok yang dilakukan oleh perusahaan taksi yang identik dengan warna biru itu. Saya sendiri tidak habis pikir, mereka punya duit, punya teknologi, kenapa tidak ikut bersaing justru melakukan mogok? Bukankah itu payah sekali?
Dalam kasus ini saya melihat masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa mengontrol dirinya, tidak bisa terbuka dan memanfaatkan potensi dirinya sendiri. Misalnya, kenapa pangkalan ojek harus melakukan kekerasan karena hadirnya ojek online? Bukankah tinggal gabung udah beres tuh masalah, kenapa harus pakai kekerasan gitu lho?
Begitu juga dengan perusahaan taksi biru tersebut, punya semua yang dibutuhkan untuk bersaing, eh malah milih mogok. Satu-satunya alasan adalah tidak mau menerima perubahan tapi masih pengen eksis, tidak mau berkembang tapi mau tetep untung, apa mereka sehat?
Banyak Kecurangan Dimana-mana
Bukti selanjutnya kalau masyarakat Indonesia belum sepenuhnya siap adalah maraknya kecurangan yang banyak dilakukan. Tidak hanya dilakukan oleh para pelaku bisnis, tapi hampir semua pelaku atau pengguna juga melakukannya. Contohnya pengguna game, banyak sekali yang melakukan kecurangan yang biasa disebut cheater. Mungkin kalian juga mengikuti, beberapa waktu yang lalu viral video cheater dari game PUBG Mobile.Itu merupakan bentuk kecurangan yang sangat berdampak pada iklim bisnis yang tidak sehat, mungkin terkesan sepele tapi sadar atau tidak sadar akan mempengaruhi orang lain untuk meniru dan melakukan hal yang sama. Ini jelas merugikan para developer, dan tentu saja para pemain lain yang ingin bermain jujur dan adil.
Contoh lain yang saya alami sendiri, mungkin kalian tidak setuju kalau disebut kecurangan, tapi menurut saya tidak ada bedanya yaitu perilaku para driver ojek online. Beberapa driver tidak mengorientasikan pelayanan pada konsumen dan hanya mencari untung secepat-cepatnya, misalnya membatalkan pesanan makanan karena antriannya panjang dan beralasan warung tutup. Jika tidak mau antri karena lama, lalu apa faedahnya ada pelayanan? Padahal konsumen menggunakan jasa mereka karena tahu antriannya lama.
Spam Dimana-mana
Spam merupakan postingan, perilaku, atau menyebaran konten yang dilakukan dengan tidak sesuai aturannya di ranah online dengan tujuan agar target tercapai dengan lebih cepat, bisa dilakukan di blog atau media sosial. Ada banyak tujuan dilakukannya spam, beberapa diantaranya untuk mempromosikan konten, menyebar hoaks, atau untuk keuntungan lainnya. Menurut saya, spam adalah bentuk ketidakmampuan pelaku untuk mengikuti tren di industri digital.Untuk mempromosikan konten harus sesuai aturannya, kalau tidak sesuai berarti bisa disebut sebagai spam. Sebenarnya sangat mudah mempromosikan konten misalnya di Google, Facebook, atau di Instagram tanpa spam. Tentu butuh waktu dan tenaga, tapi hasilnya lebih baik ketimbang spam dimana-mana hanya untuk lebih cepat.
Contohnya di blog ini, ada banyak sekali bentuk spam yang dicoba oleh pelaku dengan menulis komentar yang mengandung link dan promosi judi dan lain-lain serta dilakukan secara berulang-ulang. Komentar sih oke, promosi oke tapi harus sesuai aturan dong, karena itulah saya sering tidak menyetujui dan langsung menghapus komentar yang berbau spam.
Baca: Media promosi gratis di blog ini.
Contoh lain kalau di media sosial, banyak fake akun untuk mencari banyak follower kemudian menjual akun tersebut, hoaks bertebaran untuk menyebarkan informasi palsu guna menguntungkan salah satu pihak atau hanya untuk mencari keuntungan seperti iklan dan lain-lain.
Fasilitas Kurang Memadai
Saya kira tidak hanya masyarakatnya saja yang menunjukkan perilaku tidak siap atau gagap dalam bisnis online, para pemangku atau level atas juga demikian. Contohnya saja di bidang layanan internet, untuk dibilang “layanan baik” masih sangat jauh, ketika negara lain sudah menerapkan layanan internet 4G baru beberapa tahun kemudian Indonesia menerapkannya, itupun belum merata sampai sekarang.Nah, saat ini negara lain seperti Korea dan Amerika sudah mulai menerapkan 5G, lalu kapan kira-kira Indonesia bisa menerapkannya, apakah persiapannya saja sudah dilakukan? Rasa-rasanya di Indonesia belum ada gelagat apapun, mari kiita tunggu berapa tahun lagi 5G bisa diterapkan di Negara tercinta ini.
Contoh lain yang masih berhubungan dengan layanan internet yang cukup membuat saya kesal, yaitu perilaku nakal dari para operator. Dulu pernah kondang kejadian pemotongan pulsa yang dilakukan operator, dan katanya sudah tidak akan terjadi lagi kedepannya. Tapi kenyataannya sampai sekarang masih terjadi walau pemotongannya tidak semasif dulu. Saya kebetulan orang yang cukup detail dalam melihat kuota dan pulsa saya, yang saya temukan memang pulsa selalu berkurang hari demi hari walau tidak digunakan.
Selain itu, kebanyakan operator juga melakukan praktek nakal dengan menampilkan iklan ketika kalian menggunakan internet. Jika kalian menemukan iklan bersumber dari ibn.adreach.co itu bisa dipastikan berasal dari operator, khususnya dari XL dan Axis. Kita ini tidak menggunakan layanan mereka secara gratis, harus beli paket internet yang mahal, kenapa pula harus terganggu dengan adanya iklan? Beda dengan iklan di Google, Youtube, Facebook, atau Instagram, kita menggunakan layanan mereka gratis maka mereka berhak menampilkan iklan kepada kita.
Penipuan dan Peretasan Dimana-mana
Kelemahan terbesar dari bisnis digital adalah sangat rawan terjadi penipuan dan peretasan. Banyak sekali di luar sana yang sudah menjadi korban penipuan dan peretasan tersebut. Khusus untuk penipuan, tidak hanya bisa dilakukan secara online, lewat SMS berhadiah juga masih marak terjadi saat ini. Saya sendiri beberapa kali mendapat SMS berbau penipuan dari pihak yang sama tapi nomornya berbeda, saya jadi kepikiran registrasi nomor menggunakan KTP apakah efektif mengatasi penipuan seperti ini? Kok pelaku bisa memiliki banyak nomor?Sebenarnya peretasan tidak selalu buruk, bisa juga meretas untuk saran dan kebaikan pemilik web atau aplikasi. Tapi kenyataannya banyak yang meretas untuk keburukan, bisa untuk mencuri data pribadi, informasi, dan lain-lain. Yang lebih buruk lagi, ternyata ada yang meretas hanya untuk main-main. Apa faedahnya? Bangga? Apa yang dibanggakan?
Kurangnya Pengetahuan dan Pembelajaran
Perkembangan teknologi sangat cepat terjadi, tapi hal ini nyatanya tidak bisa diikuti oleh semua masyarakat di Indonesia, khususnya untuk masyarakat yang sudah berumur. Hal ini juga disebabkan oleh buruknya distribusi informasi yang dilakukan oleh Pemerintah itu sendiri. Kondisi seperti ini menyebabkan tidak maksimalnya upaya dalam pemerataan teknologi, sehingga manfaat dari hadirnya teknologi tidak bisa dirasakan oleh semua pihak.Ini merupakan PR untuk pemerintah khususnya, dan kita juga bisa memberikan upaya untuk menyebarkan teknologi semampu kita kepada orang-orang di sekitar. Jadi harapannya semua masyarakat Indonesia siap dan bisa merasakan kemajuan teknologi dan bisnis digital.
Apa Lagi? Silahkan Ditambahkan Sendiri
Hmmn, apa lagi ya bentuk ketidaksiapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi bisnis online? Jika kalian punya pengalaman atau melihat kejadian yang menggelikan, menyebalkan, atau membuat muak seputar topik ini, silahkan tambahkan lewat kotak komentar di bawah ya!Selanjutnya: Cara mendapatkan uang dengan bermain game online.
----
Oke ya kawan-kawan, itulah pertanyaan dan beberapa bukti kalau sebenarnya masyarakat Indonesia belum sepenuhnya siap dalam menghadapi bisnis online dan industri digital. Semoga artikel di atas bermanfaat dan menambah wawasan kalian. Jangan lupa untuk share artikel ini juga ya, thanks dan salam sukses.
No comments:
Post a Comment
Sebelum Anda memberikan komentar dan tanggapan atas artikel di atas, baca dan pahami aturan tanggapan kami pada laman TOS. Setiap komentar yang tidak sesuai dengan aturan tanggapan tidak akan di publikasikan.